Popohan, SID Banjararum--
Tanaman porang ( Amorphophallus oncophyllus Muelleri Blume ) merupakan umbi-umbian yang termasuk dalam famili Areaceae dan umumnya tumbuh di hutan. Di alam, tanaman yang sering dianggap sebagai tanaman liar oleh masyarakat ini tumbuh di bawah tegakan tanaman keras seperti jati, mahoni, sono keling dan sengon dengan intensitas sinar matahari kurang lebih 40 persen.
Umbi porang memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena mengandung glucomanan yang baik untuk kesehatan dan dapat dengan mudah diolah menjadi bahan pangan dan industri farmasi. Manfaat porang banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, lem alami dan jelly yang dalam beberapa tahun terakhir diekspor ke banyak negara, terutama Jepang.
Nilai ekspor porang terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data dari Kementrian Pertanian, porang sudah diekspor ke lebih dari 16 negara. Dengan ekspor terbesar ke Tiongkok, Thailand, Vietnam dan Jepang.
Untuk tahun 2020 volume ekspor mencapai 19.800 ton dengan nilai Rp 880 milyar. Sedangkan untuk harga saat ini adalah Rp 10.000 sampai Rp 14.000 per kg, bahkan untuk yang chips kering bisa mencapai Rp 80.000 per kg.
Melihat peluang ekonomi yang strategis tersebut membuat Muh Parsidi, seorang petani di Popohan bersemangat untuk mengembangkan porang di wilayahnya. Menurut Parsidi tanaman porang sebenarnya termasuk jenis tanaman yang mudah tumbuh dan mudah perawatannya. Bahkan dalam pengembangannya cukup dengan satu bibit katak (buah porang) maka selanjutnya akan tumbuh satu atau dua batang porang, bahkan lebih. Kemudian setiap batang porang tersebut akan menghasilkan satu sampai dengan lima buah katak yang akan menjadi bibit porang berikutnya. "Nandur sepisan ngunduh sak lawase," selorohnya sembari tersenyum.
Dengan melihat pola pertumbuhan dan potensi lahan yang ada, bukan tidak mungkin dalam waktu dua sampai tiga tahun mendatang Popohan akan menjadi salah satu sentra tanaman porang di wilayah Banjararum.
Kontributor : Restu Bayu Permadi
Editor : Oktoriani